Jumat, 30 Juli 2010

Air Mata Kerinduan Uwais AlQarani Kepada Rasul saww

Di negeri Yaman, hiduplah seorang pemuda bernama Uwais Al-Qarani yang berasal dari kabilah Qaran. Uwais Al-Qarani mempunyai jiwa yang bersih dan mulia. Dia seorang yang pintar dan selalu melakukan pencarian makna hidup. Meskipun saat itu dia masih belum mengenal ajaran Islam yang mulia, dia sangat menghormati nilai-nilai mulia kemanusiaan. Di antara sikap dan perilaku Uwais yang paling menonjol sekali ialah penghormatan yang besar terhadap ibunya. Dia bersikap amat lemah-lembut kepada ibunya yang sudah tua dan dia amat mengerti tanggung jawabnya sebagai anak. Dia dapat merasakan kesulitan seorang ibu dalam mendidik dan membesarkan anaknya. Oleh karena itu, dia melayani ibunya seperti seorang pelayan yang taat dan patuh. Uwais sama sekali tidak melupakan jerih payah ibunya.


Suatu saat, Uwais Al-Qarani mendengar kabar bahwa ada seorang nabi yang berhijrah dari kota Mekah ke Madinah dan sebagian dari masyarakat mengikuti ajaran nabi tersebut. Uwais dengan perenungannya, sampai kepada kesimpulan bahwa Muhammad adalah seorang nabi yang benar-benar diutus oleh Tuhan karena perintah dan ajaran yang disampaikan beliau berlandaskan kepada akal dan sesuai dengan nilai-nilai tinggi insani. Uwais mempercayai kenabian Muhammad saaw dan dia ingin sekali bertemu dengan beliau. Dia ingin melakukan perjalanan ke Madinah dan melihat sendiri keindahan hati Muhammad dari dekat. Tetapi, kondisi ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan membuatnya mengurungkan niatnya itu. Berbulan-bulan lamanya Uwais memendam harapan dan impiannya tersebut. Sampai suatu hari, dia mengambil keputusan untuk menceritakan keinginannya itu kepada ibunya.


Uwais dengan sopan duduk di hadapan ibunya dan berkata, “Wahai ibu, aku tidak dapat menahan hati untuk bertemu dengan seorang lelaki yang telah diutus sebagai nabi. Engkau pun tahu bahwa anakmu ini tidak pernah berfikir tentang hal-hal selain dari kebaikan dan kebenaran. Jika ibu mengizinkan, aku ingin sekali pergi menemui Rasul Tuhan itu dari dekat.”


Ibu Uwais yang amat terkesan melihat kesungguhan dan gelora keinginan anaknya untuk bertemu dengan Nabi, berkata, “Wahai anakku, aku izinkan engkau untuk pergi ke Madinah, tetapi aku minta supaya setelah engkau bertemu dengan Nabi segeralah engkau pulang ke Yaman dan janganlah engkau berlama-lama di sana.”


Dengan penuh gembira, Uwais menerima permintaan ibunya itu dan dia pun melakukan perjalanan untuk pergi ke Madinah. Meskipun perjalanan begitu jauh dan menyulitkan, namun semangat dan keinginannya yang besar untuk bertemu Nabi menyebabkan dia merasa begitu gembira hingga tidak merasa lelah dalam perjalanan. Siang dan malam dia tempuh perjalanan tanpa menghiraukan kesulitan dan kelelahan yang menderanya.


Akhirnya, sampailah Uwais Al-Qarani ke kota Madinah. Dengan tidak sabar lagi, dia bertanya ke sana kemari untuk mencari Nabi Muhammad. Tetapi, berita yang didapatkannya amat mengecewakan. Orang-orang Madinah memberi tahu Uwais bahwa Nabi sedang keluar dari kota untuk beberapa hari. Begitu Uwais mendengar berita ini, dia mengeluh panjang dan terduduk di atas tanah. Segala kelelahan terasa menimpa seluruh tubuhnya. Sedemikian besar rasa kecewa yang menyelubunginya sehingga dia menangis sejadi-jadinya. Orang-orang membujuknya dengan mengatakan bahwa dia bisa tetap tinggal di Madinah dan menjadi tamu mereka sampai Rasulullah kembali dari perjalanannya. Tetapi Uwais berkata bahwa dia mempunyai seorang ibu tua yang sedang menanti kepulangannya.


Uwais mengambil keputusan untuk segera pulang ke Yaman meskipun dia belum berhasil menemui Nabi, demi melaksanakan janjinya kepada sang ibu. Dia berkata kepada para sahabat dan keluarga Nabi, “Aku terpaksa pulang ke Yaman. Aku minta pada kalian, jika Rasulullah pulang, sampaikanlah salamku kepadanya.”


Beberapa hari kemudian Rasulullah saaw pulang ke Madinah. Ketika beliau mendengar kisah Uwais, beliau memujinya dan berkata, “Uwais telah pergi, namun cahayanya tetap tinggal di rumah kami. Angin sepoi dan aroma wewangian syurga bertiup ke arah Yaman. Wahai Uwais! Aku juga ingin sekali menemuimu. Sahabat ku, siapapun di antara kalian yang bertemu dengan Uwais, sampaikanlah salamku kepadanya.” Dalam sejarah dikatakan bahwa memang Uwais tidak pernah dapat bertemu dengan Rasulullah. Tetapi, karena pengorbanan yang telah dilakukannya buat ibunya, namanya tercatat abadi dalam sejarah.


Kami akhir artikel ini dengan mengutip dua hadis Rasulullah saaw:


“Tuhan memanjangkan usia orang-orang yang melakukan kebaikan kepada orang tua mereka.”


“Siapa saja yang menggembirakan hati ibu dan bapaknya, Tuhan juga akan menggembirakan mereka dan siapa saja yang membuat ibu bapa mereka marah, Tuhan juga akan murka terhadap mereka.”


Sumber : http://madinah-al-hikmah.net/


 


 

[contact-form] [contact-field label="Nama Pengunjung" type="name" required="true" /] [contact-field label="Email Anda" type="email" /] [contact-field label="Komentar anda" type="textarea" required="true" /] [/contact-form]

 

Senin, 08 Februari 2010

Perintah berbuat Adil kepada siapapun

Hari ini, Selasa 9 Februari 2010, satu lagi saya temukan hikmah, Setelah sholat subuh jamaah dengan keluarga, saya lanjutkan dengan baca Al Qur'an, Kebetulan yang saya baca surat Al Maidah(Qs.5). Tidak terlalu banyak yang saya baca, saya lanjutkan baca terjemah dari surat tersebut. Pas pada ayat ke 8 saya begitu terkesima dengan yang terkandung dalam ayat ini :



يا أيها الذين آمنوا كونوا قوامين لله شهداء بالقسط ولا يجرمنكم شنآن قوم على ألا تعدلوا


اعدلوا هو أقرب للتقوى واتقوا الله إن الله خبير بما تعملون


"Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."


Bagi saya pribadi, ayat ini jadi pengingat , bahwa kebencian kita kepada  seseorang atau suatu kaum, tidak boleh menjadikan kita untuk  berbuat tidak adil kepada mereka, karena adil itu lebih dekat kepada Takwa. Kalau kita tidak berbuat adil kepada mereka berarti kita jauh dari takwa, dan kalau jauh dari takwa berati jauh dari Allah berati kesimpulannya ketidak adilan yang kita perbuat kepada mereka bisa membuat kita jauh dari Allah.


Luar biasa, Allah mengajarkan kita berbuat adil, tidak saja kepada sesama kaum muslim, tetapi juga kepada orang orang diluar Islam.


Semakin yakin saya bahwa Islam agama yang Rahmatan lil Alamin, Rahmat bagi semua alam....


Maha benar Allah dengan segala firmanNya.


Kamis, 04 Februari 2010

Humor Surabaya 3

Piro umurku ?

Mat Penceng umure wis atene 45 taun. Awake sik gagah otote dempal,

cumak sayange dapure mulai kisut ireng kabeh.

Pas ulang taunan sing 45, Mat Penceng kepingin kethok enom maneh.

Akhire Mat Penceng nekat mecah celengan bojone digawe ongkos operasi

plastik.

Tibake gak rugi mecah celengan, soale dapure Mat Penceng saiki malih

resik, putih lan ketok enom maneh. Mat Penceng bungah atine, ben

ketemu wong wedhok dikongkon mbedhek piro umure.

Pertama pas nang pasar atom onok ibu-ibu tuku kain.

"Ning, ayo bedhe'en piro umurku ?" takok Mat Penceng ambek mesam-

mesem.

"Paling sik selawe . . ." jare ibu-ibu iku ambek ngematno dapure Mat

Penceng.

"Salah Ning, umurku sakjane wis 45" jare Mat Penceng bangga.

Ibu-ibu iku gak percoyo, akhire Mat Penceng ngetokno KTPne.

Mari ngono Mat Penceng ngenteni buyarane arek SMA.

Pas onok cewek-cewek liwat, Mat Penceng mbedhe'i maneh nang arek-

arek iku piro umure.

Onok sing mbedhek 25, 28, 24, paling banter onok sing mbedhek 31 taun.

Gak onok sing isok titis mbedhek 45. Bareng dikandani lek umure iku 45

gak onok sing percoyo, bareng didhudhuhno KTPne dhadhak semburat

kuabeh.

Mat Penceng malih tambah bangga mergo dapure tambah ngguanteng.

Pokoke ben pethuk wong wedhok mesti dibedhe'i umure, tapi gak onok

sing bener.

Pas dulin nang Delta Plasa, Mat Penceng antri pesen mangan nang

McDonald. Bareng oleh giliran, Mat Penceng ditakoni pelayane arep pesen

opo.

"Sik mbak, sak durunge aku pesen, ayo bedhe'en piro se umurku?" jare

Mat Penceng.

"Kiro-kiro 27 mas" jare pelayane.

"Salah mbak, umurku 45" jare Mat Penceng.

Mari lego nggarai, akhire Mat Penceng pesen panganan.

Lha pas arep mulih, nang parkiran Mat Penceng pethuk ambek nenek-

nenek arep mlebu montor.

Mergo durung tau mbedhe'i wong tuwek, akhire Mat Penceng nekat

nguber terus takok.

"Sepurane yo mbah uti, aku kepuingin mbedhe'i sampeyan kiro-kiro piro

umurku mbah?" jare Mat Penceng.

"Ngger putuku, ojoko kiro-kiro, masio aku wis tuwek elek koyok ngene,

aku isok mbedhek persis piro umurmu." jare simbah mau.

"Iyo tah, piro se umurku?" takok Mat Penceng penasaran.

"Wah tapi onok sarate" jare simbah mau.

"Opo sarate mbah ?" Mat Penceng tambah penasaran.

"Sarate iku, awakmu kudhu culno klambimu kabeh sak kampese pisan

wudho blejet, terus mlayu muteri parkiran iki limang putaran. Lek wis

mari, lagek aku isok mbedhek umurmu." jare simbah iku mau.

Mat Penceng ngengkel cik angele sarate, tapi simbahe ngotot lan ngan-

cam lek gak gelem yo wis ditinggal mulih. Mergo penasaran lagek onok

wong sithok iki sing ngaku isok mbedhek umure, akhire Mat Penceng nu-

ruti sarate. Mari nitipno klambi nang simbah iku, Mat Penceng mlayu

wudho muteri parkiran montor. Lagek oleh rong putaran, Mat Penceng

wis mbalik nang simbah iku ambek bengok-bengok njaluk tulung.

"Mbah, tulung mbah !!!, aku diuber-uber satpam dikiro wong gendeng.

Ayo cepetan bedhe'en umurku piro selak satpame teko !!"jare Mat Penceng

ambek menggos-menggos gupuh kabeh.

Mari nguncalno kampese Mat Penceng, simbah iku mau ngomong,"Le,

aku weruh umurmu iku saiki 45".

Mat Penceng kuaget sampek lali kampesan, kok onok wong sik isok

mbedhek umure.

"Mbah, aku sik penasaran, mek sampeyan thok sing mbedhek umurku,

opo rahasiane mbah?" takok Mat Penceng gak sabar.

"Ngene lho Le, aku mau persis nang mburimu pas antri nang McDonald

. . ."

Bakso Spanyol

Bunali ngelencer nang Spanyol kepingin ndelok matador.

Mari mlaku-mlaku, wetenge luwe terus mampir nang restoran.

Mergo menune kuabeh nganggo bahasa Spanyol, Bunali malih bingung.

Akhire Bunali takok nang pelayane opo menu sing paling special.

Ambek pelayane Bunali ditawari bakso spanyol, Bunali setuju.

Pas panganane teko, tibake penthol bakso mek loro dihias godhong tales.

Mergo luwe, penthol loro iku diunthal sak emplokan, tibake bakso spanyol

yo enak pisan pikire.

Mari mangan, Bunali takok nang pelayane "Daging opo iku mau, kok

enak baksone?"

Pelayane ngomong lek iku ngono bijine sapi sing matek kalah tarung

ambek matador.

Pertama Bunali kudhu muntah pas krungu, tapi mergo enak yo wis gak

opo-opo.

Cumak Bunali kuaget pas mbayar tibake regone luarang, untunge san-

gune nang kesak sik cukup.

Sisuke Bunali teko maneh nang restoran iku maneh katene pesen bakso

special koyok wingi.

Mergo nggondhok, sak durunge budhal, Bunali nyeblek kecoak terus

disaki.

Pas panganane teko, tibake penthole saiki rodhok cilik. Gak opo-opo

wis, sing penting enak.

Mari mangan, Bunali ngetokno kecoak ambek bengok-bengok.

"Aku gak gelem mbayar, lha mosok baksone onok kecoake" jare Bunali.

Pelayane akhire ngalah, Bunali gak perlu mbayar. Bunali sueneng akale

berhasil.

Pas katene mulih, Bunali protes maneh nang pelayane opoko kok pent-

hole saiki rodho cilik gak koyok wingi.

Pelayane cerito lek dino iki sing kalah matadore.

Balas Dendam

Wonokairun mlaku mlaku nang TP ijenan katene mejeng, dandane mbois

gak gelem kalah ambek ABG. Pas katene mulih dhadhak dirampok nang

parkiran.

Kuabeh amblas, bronpit disikat, dompet amblas, klambi diplorot kari

kampesan thok.

Wonokairun ngguondhok pol, toleh-toleh mbrebes mili nang tengah em-

bong.

Wonokairun nyobak nyegat taksi, ambek njelasno lek mari dirampok.

Wonokairun janji mbayar taksine nang omah.

Tibake supir taksine iku gak percoyo, sombong poll, gak gelem nolong

blas malah ngilokno.

"Asline wong mbambung ae athik aksi ethok-ethok dirampok ! "jare

supir taksine nang ngarepe wong akeh.

Wonokairun loro atine di isin-isin koyok ngono.

Wonokairun akhire terpaksa mlaku mulih nang Sepanjang buntelan ko-

ran.

Cumak yo ngono, Wonokairun dendam pol nang supir taksi iku mau,

pokoke ditengeri wonge lemu ireng kopiahan.

Aku kudhu isok mbales ngisin-ngisin wong elek iki, pikire Wonokairun.

Minggu ngarepe, Wonokairun dulin nang TP ijenan maneh. Mari wis

tuwuk dulin, akhire Wonokairun mulih.

Pas metu TP, akeh taksi sing antri golek penumpang.

Wonokairun sengojo golek supir taksi sing minggu wingi nglarakno ati,

katene balas dendam.

Diurut mulai sing paling ngarep, Wonokairun nakoni supir taksine sithok-

sithok.

"Cak, nang Sepanjang piro" takok Wonokairun.

"Biasa mbah, borongan ae seket ewu" jare supir taksine.

"Mari ngeterno, tak sodomi yo, ojok khawatir ongkose tak tambahi ?"

takok Wonokairun maneh.

"Wok nggilani !!!, Koen kiro aku iki homo tah mbah. Masio elek, aku

iki wong lanang normal mbah, goleko sing liyane ae !" jare supir taksi iku

ambek misuh-misuh tersinggung.

Kuabeh supir taksi sing dijak kencan jawabe podho kabeh ambek misuh-

misuh gak karuan, tapi Wonokairun cuek ae.

Sampek taksi sing paling mburi, akhire Wonokairun ketemu supir taksi

lemu ireng kopiahan sing digoleki.

Koyoke supir taksine iku wis lali ambek Wonokairun.

"Cak, nang Sepanjang piro?" Wonokairun aksi takok.

"Biasa ae mbah, seket ewu. " jare supir taksine.

"Yo wis, ayok ndhang budhal."Wonokairun langsung numpak terus bud-

hal, Wonokairun sempet ngelirik kartu pengenale tibake jenenge Markun.

Mergo paling mburi, terpaksa supir taksine iku bengok-bengok ngongkon

konco-koncone sing nang ngarep minggir sithik cik isok lewat.

Bareng wis mlaku, Wonokairun dadah-dadah nang supir-supir taksi iku,

mesam-mesem ambek ngomong "Eenaaak teennaann . . ."

Konco-konco supir taksi sing ndhelok Markun malih bingung kuabeh

gilo kudhu mukok . . .

Apes

Gempil lagi ngejak pacare ngelencer numpak montor bengi-bengi.

Pas sampek Pacet, pacare njaluk indehoi nang njero montor.

Pertamane Gempil isin soale wedhi konangan wong kampung, tapi mergo

pacare giras, akhire Gempil nyerah.

Wis mari oleh rong ronde, pacare sik njaluk maneh. Gempil sampek

gelagepen ampun-ampun gak kuat maneh.

Gempil njaluk time-out metu montor dhiluk apene rokokan.

Pas katene nyumet rokok, sekok kadhoan Gempil ndhelok onok wong

lagi ndongkrak ganti ban bocor.

Bareng dicedaki, tibake koncone dhewe, Muntiyadi, wah ketepakan iki

pikire Gempil.

"He Mun !, laopo koen bengi-bengi athik kluyuran nang kene" takok

Gempil.

"Lho awakmu Pil, pancen aku lagi apes bengi iki, katene golek gendakan

gak oleh-oleh malah banku bocor pisan" jare Muntiyadi.

"Wah ketepakan lek ngono, aku wis oleh gendakan, ayu semlohe, cumak

girase gak ketulungan, wis oleh rong ronde sik njaluk maneh, sampek teler

aku.

Wis ngene ae, yok opo lek ijol-ijolan ae, montormu tak genti bane terus

tak gowo mulih, lha awakmu gendakan ae ambek cewek nang montorku

iku, montorku gowoen pisan. " jare Gempil.

"Wah tepak wis, sip !!! " jare Muntiyadi sueneng pol. Gempil yo lego

isok mulih.

Sik tas ae Muntiyadi katene mulai gendakan ambek cewek peninggalane

Gempil, moro-moro onok wong kampung siskamling nggedhor kocone mon-

tor ambek nyentolopi raine wong loro.

"He !!! Lagi opo awakmu nang kono ? "takok wong kampung mbentak

Muntiyadi.

"Anu Pak . . aku lagi gendakan ambek bojoku dhewe jenenge Romlah.

." jare Muntiyadi gemeter.

"Lek iku bojomu, laopo gak gendakan nang omahmu dhewe ?"jare wong

kampung maneh.

"Anu Pak, sak jane aku lagek weruh lek iki bojoku dhewe pas sampeyan

nyentolopi raine . . ." jare Muntiyadi.

Umur

Wonokairun lagi ngobrol soal umur ambek koncone sing podho kewute.

Wak So sing umure 60 taun mulai cerito, "Paling gak uenak iku lek

wis umur sewidhak. Ben obah sithik kebelet pipis, tapi bareng wis nang

jedhing sampek sepuluh menit gak metu blas, mek anyang-anyangen thok."

Wak Nyo sing umure 70 taun gak gelem kalah, "Lho durung weruh kon

yo, paling gak uenak yo lek umur pitung puluh. Mangane kudhu bubur

bayi maneh. Mari ngono, ben arep longgo mesti mules kebelet setor, tapi

bareng wis ndhodhok sampek sepuluh menit gak metu blas, mek kepentut

bolak-balik"

Akhire Wonokairun, sing umure 80 taun, melok ngomong,"Wok kemalan

kabeh, sing paling gak weunak yo umur 80 koyok aku ngene".

Wak So takok,"Lho peno yo anyang-anyanen koyok aku ngene yo ?".

"Yo gak se, aku tetep isok pipis lancar ben isuk jam 6."jare Wonokairun

bangga.

Wak Nyo genti takok,"Sampeyan mesti ngalami mules kepentut-pentut

koyok aku yo ?"

"Sori Rek, aku tetep isok setor lancar ben isuk jam setengah pitu." jare

Wonokairun bangga.

Wak So ambek Wak Nyo malih bingung lan penasaran,"Sik tah lah, peno

sik isok pipis lancar ben jam 6 isuk, terus peno sik isok setor lancar ben

jam setengah pitu isuk. Lha terus opo sing nggarakno gak uenak lek wis

umur 80 ?"

"Masalae mek sithok, aku sering kerinan, tangiku mesti jam pitu isuk .. ."

Sing tabah yo . . .

Onok napi ucul seko LP Medaeng, Napine iku wis dipenjara 10 taun

perkoro narkoba.

Mergo bingung katene mlayu nang endhi, akhire napi iku mlebu nang

omahe Muntiyadi.

Pas iku Muntiyadi lagi kelonan nang kamar ambek bojone, arek loro iku

kuaget onok wong sangar mlebu nang omahe.

Durung sempet mbengok, napi iku mau wis nyancang Muntiyadi ambek

bojone.

Muntiyadi dicancang nang kursi, lha bojone dicancang nang kasur.

Mari nyancang, Muntiyadi ndhelok napi iku ngelamuti gulune bojone.

Mari ngelamute, moro-moro napi iku ngalih lungo nang jedhing.

Pas napine nang jedhing, Muntiyadi nggeser kursine nyedaki bojone.

"Dhik, wong iku koyoke gak tau ndhelok wong wedhok pirang puluh

taun. Aku ndhelok gulumu mau dikelamuti.

Saiki ngene ae dhik, awakmu nuruto ae opo karepe wong iku. Umpomo

wong iku njaluk main yo wis tak relakno.

Sing penting wong iku ndhang ngalih terus nyowone awake dhewe isok

selamet. Sing tabah yo dhik," jare Muntiyadi wanti-wanti nang bojone.

Mari mbrebes mili, genti bojone Muntiyadi sing cerito.

"Cak, aku melok seneng lek sampeyan ndhuwe pemikiran koyok ngono.

Sampeyan bener Cak, wong iku wis sui gak tau ndhelok wong wedhok.

Tapi Cak, wong iku sakjane mau gak ngelamuti guluku. Wong iku mau

asline bisik-bisik nang aku"

"Iyo tah dhik, ngomong opo wong iku nang awakmu? takok Muntiyadi

penasaran.

"Jarene, sampeyan iku imut-imut ambek seksi Cak, terus wong iku takok

aku nang endhi nyimpen Handbody. Sing tabah yo Cak. . ."

Lawang Wesi

Wak So lagek pertama kali iki nglencer nang TP ambek anak bojone.

Jenenge wong ndesit, Wak So ambek anak bojone gumun ndhelok sem-

barang kalir sing onok nang TP.

Tapi Wak So sak keluarga iku paling gumun ambek lawang wesi krum-

kruman sing isok buka tutup dhewe, opo maneh isok muning mak tiing !. . .

"Bes, opo iku jenenge . . ." takok Togog anake Wak So pas ndhelok

lawang wesi iku.

"Aku yo gak weruh pisan nak . . .sak umur-umur lagek pisan iki onok

lawang wesi koyok ngene." jare Wak So.

Akhire Wak So sak keluarga ndoprok nang ngarepe lawang wesi iku

ngematno ambek ndomblong.

Moro-moro onok wong wedhok tuwek sak pantaran bojone Wak So

mencet tombol lawang wesi iku mau.

Mari ngono lawang wesine mbukak, terus wong wedhok tuwek iku mau

mlebu nang ruangan cilik, terus pintune nutup maneh.

Mari muni ting ! . . ., terus onok ongko siji murup, loro, telu sampek

papat mendeg.

Gak sui ongko papat murup maneh, terus telu, loro sampek siji mandeg.

Pas lawang wesine mbukak maneh, Wak So ambek anake kuaget tibake

sing metu iku arek wedhok ABG ayu semlohe.

Wak So bingung ambek kemlecer ngematno arek wedhok iku.

Mari mikir dhiluk, Wak So mbengok nang anake, "Le !. . Ndhang

cepetan Makmu lebokno kono . ."

Nyegat bis

Romlah antri nyegat bis kota katene budhal kerjo.

Pacakane sueksi pol, bengesan abang ambek nganggo rok mini.

Pas katene numpak bis kota, mergo rok minine nguapret pol, sampek

sikile Romlah gak isok mancik munggah bis.

Romlah ngrogoh selerekan nang mburine rok cik rodhok longgar.

Bareng wis didhukno selerekane, sik pancet nguapret ae, sikile Romlah

tetep gak isok mancik munggah bis.

Romlah nyobak pisan ngkas ngedhukno selerekane rok cik tambah longgar.

Tibake sik pancet ngapret ae, sikile Romlah tetep gak isok mancik munggah bis.

Romlah nyobak maneh sampek ping telu, tetep ae gak isok.

Kondekture wis gak sabar bengok-bengok.

Moro-moro onok tangane wong lanang ndhemok bokonge seko mburi,

nyurung Romlah munggah bis.

Romlah mendelik nguamuk nang wong lanang iku,"Semprul !!! Gak

sopan blas peno Cak, wong gak kenal athik wani-wanine ndhemok bokongku

!!".

Wong lanange nyauri,"Yo sampeyan Ning sing gak sopan, wong gak kenal

athik wani-wanine mlorot selerekan celonoku ping telu."

Kebon Semongko

Bunali pusing soale ben isuk ndhik kebon semongkone onok tembelek.

Sakjane Bunali weruh lek sing ndhodhok nang kebone ben isuk iku

Wonokairun cumak gak wani nyeneni.

Akhire Bunali masang pengumuman sing tulisane ngene "Ini kebunku,

bukan WCmu !!!".

Dhadhak tulisane onok sing ngganti ngene "Ini pupukku, untuk ke-

bunmu!!!"

Limolas Juta

Wonokairun lungo nang Tretes mampir nang Wisma Rindu Malam.

Isine wong wedhok ayu-ayu semlohe, sikile mulus-mulus gak onok sing

bubulen.

Wonokairun disambut ambet Mamane wisma.

"Aku pingin pethuk ambek Sablah" ajre Wonokairun.

"Mbah, Sablah iku cewek paling ayu nang kene, taripe yo paling larang.

Sampeyan mesti gak cukup dhuwike, tak golekno sing liyane ae yo . . ."

jare Mamane.

"Aku kudhu pethuk ambek Sablah." Wonokairun mekso.

Akhire Mamane ngongkon Sablah metu seko petarangan, tibake areke

pancen uayu tenan..

"Mbah, sampeyan wis weruh tah lek taripku iku limang juta sekali book-

ing ?" takok Sablah.

Gathik kakean cangkem, Wonokairun ngetokno dhuwik sak bundhel isine

limang juta.

Mari ngono, Wonokairun digandeng Sablah munggah mlebu arena. Bareng

wis mari diservis, Wonokairun minggat.

Sisuke Wonokairun teko maneh nang Wisma Rindu Malam iku.

"Aku pingin pethuk ambek Sablah" jare Wonokairun.

"Mbah, masio sampeyan wingi wis booking Sablah, taripe pancet lho yo

gak ono diskon" jare Mamane.

"Aku kudhu pethuk ambek Sablah" Wonokairun mekso maneh. Wong

mulai kasak-kusuk ngrasani mbah Wonokairun.

Akhire Mamane nyeluk Sablah.

"Mbah, sampeyan wis weruh tah gak lek taripku pancet limang juta

sekali booking ?" takok Sablah.

Gathik kakean cangkem, Wonokairun ngetokno dhuwik sak bundhel isine

limang juta.

Mari ngono, arek loro iku munggah mlebu arena. Bareng wis mari dis-

ervis, Wonokairun minggat.

Sisuke maneh, Wonokairun teko pisan maneh nang Wisma Rindu Malam.

"Aku pingin pethuk ambek Sablah" jare Wonokairun.

"Mbah, masio sampeyan wingi wis booking ping pindho, taripe Sablah

pancet lho yo gak ono diskon" jare Mamane.

"Aku kudhu pethuk ambek Sablah," jare Wonokairun. Wong tambah

rame kasak-kusuk ngrasani, tapi mbah Wonokairun cuek ae.

Akhire Mamane nyeluk Sablah.

"Mbah, sampeyan wis weruh tah gak lek tarifku pancet limang juta sekali

booking ?" takok Sablah.

Gathik kakean cangkem, Wonokairun ngetokno dhuwik sak bundhel isine

limang juta.

Mari ngono, arek loro iku munggah mlebu arena.

Bareng wis mari, Sablah penasaran ambek Wonokairun.

"Mbah, sampeyan iku cik lomane ambek aku, sak umur-umur gak ono

wong sing wani mbooking aku lansung ping telu. Seko ndheso endhi sam-

peyan Mbah ?" takok Sablah.

"Aku seko Sepanjang" jare Wonokairun.

"Lho iyo tah !!, aku ndhuwe dulur nang Sepanjang pisan." jare Sablah

kaget.

"Wis weruh aku. Bapakmu mati sak wulan kepungkur. Mbakyumu

nggoleki awakmu gak ketemu, terus ngongkon aku nggolek awakmu kanggo

nyerahno dhuwik warisan limolas juta . . ."

Putus Cinta

Tatang ambek Wiwik wis oleh nem wulan iki sir-siran.

Ben malem minggu Tatang apel terus ngejak ngelencer, muesra pol

pokoke.

Lek goncengan tangane Wiwik nyabuk nang pinggange Tatang.

Malem minggu iki Tatang apel koyok biasane.

Tapi Tatang gak ngiro lek iki tibake apel sing terakhir, soale Wiwik

njaluk putus.

"Cak rasane aku wis gak cocok maneh ambek sampeyan . ."jare Wiwik.

Masio dirayu-rayu, Wiwik tetep ae njaluk putus, Tatang langsung lemes

pamitan mulih.

Pas arep mulih, Tatang nyaut kaos putih sing semampir nang kursi.

"Kaosmu tak pek gawe kenang-kenangan" jare Tatang.

"Lho ojok cak, iku kaos kotor mari digawe . ." jare Wiwik.

Omongane Wiwik gak dirungokno, Tatang langsung nyengklak bronpit

bablas mulih.

Mari putus, Tatang malih koyok wong liwung. Mangan gak enak, turu

opo maneh.

Masio kuecut pol, ambek Tatang kaose disimpen nang ngisore bantal.

Ben ndhino awane wengi Tatang mbrebes mili ambek ngambungi kaose

mbayangno masa-masa indah.

Sampek seminggu Tatang gak metu kamar blas, sampek ibuke kuatir.

Mari oleh seminggu moro-moro ibuke Tatang nggedor lawange Tatang,

jarene ono tilpun seko Wiwik.

Tatang langsung deg-degan mlayu metu kamar nyaut telpune.

"Halo . ." jare Tatang ndredeg.

"Iki Cak Tatang tah ? . ." jare Wiwik.

"Iyo dik, aku wis ngiro lek akhire awakmu bakal nilpun aku, kuangen

pol aku dik . . ." jare Tatang sik ndredeg.

"Iyo Cak, bapakku ben ndhino yo nakokno sampeyan terus "jare Wiwik.

"Iyo tah, waduh aku gak ngiro lek bapakmu sampek sak mono ambek

aku, opo jare bapakmu ? " takok Tatang.

"Bapakku ngamuk-ngamuk njaluk kaose dibalekno . ."

Nginceng

Tole, anake Romlah, mlayu menggos-menggos mlebu omah nggoleki ibuke.

"Buuuk . .Ibuuuuk...!!!" jare Tole ambek nungkul ibuke.

"Opoko Le, kon kok koyok diuber celeng . .?" takon Romlah.

"Bu aku mari mergoki Bapak ambek Yuk Jah wong loro . . ." jare Tole

ambek menggos-menggos.

"Sik tak la, alon-alon lek cerito, longgo sing nggenah dhisik .."jare Rom-

lah ngayemno anake.

"Ngene lho Buk, pas aku dhulin nang omahe Kelik, aku ndhelok Bapak

mlebu nang omahe Yuk Jah." jare Tole.

"Wis wis Stop ! Stop ! Stop!, ceritone disimpen dhisik ae. Lek Bapakmu

teko, ceritone lagek diterusno. Aku pingin weruh reaksine Bapakmu. "jare

Romlah.

Sorene Muntiyadi mulih wis dienteni Tole ambek Romlah.

"Ayok Le, age ndhang cerito nak" jare Romlah.

"Pas aku dhulinan nang omahe Kelik, moro-moro aku ndhelok Bapake

mlebu nang omahe Yuk Jah. Aku timik-timik nututi Bapake, terus ngin-

ceng seko jendelo. Aku ndhelok Bapak terus sayang-sayangan ambek Yuk

Jah. Mari ngono aku .... wis gak wis aku gak wani nerusno . ." jare Tole.

Romlah penasaran, Muntiyadi gemeter tegang.

"Ojok wedhi ambek Bapakmu, ayo age terus no. Mari ngono Bapakmu

lapo ambek Yuk Jah !!" Romlah mekso anake.

Mari dipekso-pekso akhire Tole nerusno ceritone

"Mari ngono Bapak ambek Yuk Jah dulinan jaran-jaranan koyok . . .

koyok . . ." Tole mandeg maneh gak wani ngomong.

"Lho ayo terusno ojok wedhi, koyok opo ayo sing jelas" Romlah mbentak

anake maneh.

Akhire Tole wani nerusno maneh.

"Koyok Ibu ambek om Gempil mbiyen . . ."

Deodorant

Romlah mampir nang toko katene tuku deodorant.

"Cak, aku arep tuku deodorant gawe "bagian bawah"," jare Romlah am-

bek ndhudhing anune.

Sing ndhuwe toko bingung lha mosok onok deodorant gae "bagian bawah".

"Sepurane yo ning, gak onok deodorant sing kanggo bagian bawah." jare

sing dhodhol.

"Yok opo se peno iku, wong aku sering tuku kok !" jare Romlah muring-

muring.

"Lho sampeyan onok contone tah ?" jare sing dhodhol.

"Yo!. Iki lho barange."jare Romlah ambek ndhudhuhno wadahe deodor-

ant kosong.

Sing dhodhol kudhu ngguyu tapi dimpet.

"Ning !! Iki ngono deodorant biasa sing kanggo kelek"jare sing dhodhol.

Romlah tersinggung diguyu-guyu.

"Lho peno iku sing ngengkel ae, woconen tah tulisane iku." jare Romlah

ambek njentit ngangkat roke sampek "bagian bawah"e kethok.

Bareng sing dhodhol moco, tibake tulisane ngene "Untuk pemakaian,

tekan bagian bawah"

Ngelindur

Muntiyadi turu ngeloni Romlah, bojone. Pas enak-enak turu, Romlah

dhadhak ngelindur celuk-celuk pacare.

"Mas Gempil . . . aku kangen mas. Mas Gempil peluklah aku mas . .

."

Krungu ngono Muntiyadi malih cemburu ngamuk-ngamuk gak karuan,

Romlah langsung diseret lang jedhing.

"Hayo ngomongo !!! Awakmu pingin pethuk ambek Gempil tah ???!!!,"

jare Muntiyadi mbentak bojone.

"Iyo cak . . . " jare Romlah.

Langsung sirahe Romlah didelepno nang banyune bak mandi, cik kapok

pikire Muntiyadi.

Mari oleh sak menit Romlah gelagepen, ambek Muntiyadi sirahe di-

angkat terus ditakoni maneh.

"Wis saiki ngomongo maneh !!! Awakmu sik pingin pethuk ambek Gem-

pil tah ???!!!," jare Muntiyadi maneh.

"Iyo cak . . ." jare Romlah.

Langsung sirahe Romlah didelep nang bak mandi luwih sui maneh, sik

gak kapok ae arek iki pikire Muntiyadi.

Mari oleh rong menit Romlah gelagepen, ambek Muntiyadi sirahe di-

angkat terus ditakoni maneh.

"Hayo ngomongo maneh !!! Awakmu sik pingin pethuk ambek Gempil

tah ???!!!," jare Muntiyadi maneh.

"Iyo cak . . ." jare Romlah.

Muntiyadi tambah muntap. Pas arep didelepno nang banyu maneh,

Romlah berontak terus takon nang Muntiyadi.

"Sik tah cak, sampeyan yakin tah lek mas Gempil onok nang njero banyu?"




Putus Asa

Sore-sore Muntiyadi jagongan ngelamun nang warung, pandangane kosong

ambek tangane ngudek es teh.

Moro-moro Paidi, koncone, teko ngageti terus langsung nyaut ngombene

Muntiyadi diglogok sampek enthek, karepe ngono ngejak guyon.

Muntiyadi nuangis gerung-gerung, koncone malih gupuh kabeh.

"Wok!! Kon iku jarene tentara tapi kok cik gembenge, ngombemu tak

saut ae wis nangis," jare Paidi.

"Sak dino iku apes thok uripku." jare Muntiyadi.

"Lho opoko, mbok menowo aku isok nulungi," jare Paidi sakno.

"Isuk mau, aku dipecat mergo ngilangno bedhile komandan,"jare Muntiyadi.

"Walah ngono ae lho, laopo se dipikir. Awakmu lak demphal tah, dadi

bodyguard utowo preman pasar sik payu," jare Paidi.

"Iku sik gak sepiro. Mari dipecat, aku mulih gasik. Pas sampek omah,

dhadhak aku mergoki bojoku lagi indehoi ambek koncoku,"jare Muntiyadi.

"Wis gak usah dipikir. Bojomu lak pancen ngono kelakuane, pegaten

ae, wong wedhok sik uakeh sing tahes komes," jare Paidi.

"Iku sik gak sepiro. Aku wis putus asa, katene bunuh diri ae. Aku tuku

potas terus tak campur es teh, bareng arep tak ombe dhadhak kon saut

pisan,"

Malam Pertama

Cak Mar sik tas rabi, lenger-lenger nang pos hansip koyok wong liwung.

Gak sui Cak So liwat.

"Mar, kon iku manten anyar gak tambah seger lha kok malah lungset

nyaprut. Opoko kon iku Mar ?" takok Cak So.

"Iyo Cak, aku kepikiran bojoku." jare Cak Mar.

"Opoko bojomu iku, wong tak dhelok bojomu iku tahes ngono lho." jare

Cak So.

"Ngene lho Cak. Aku iki biasa njajan. Lha pas mari main malam

pertama wingi, aku ngetokno dhuwik seketan. Pikirku, arek wedhok sing

bodine koyok ngene paling banter taripe seket ewu. Aku luali pol lek tibake

iku bojoku dhewe." jare Cak Mar.

"Kon yo ngawur ae. Tapi wis gak usah dipikir nemen-nemen, paling

bojomu tersinggung sedhiluk terus mari ngono yo kangen ambek peno

maneh."

"Aku kepikiran gak perkoro wedhi bojoku tersinggung " jare Cak Mar.

"Lha opo lho masalae ?" Cak So malih bingung.

"Mari tak ke'i seket ewu, dhadhak aku disusuki selawe."

Foto

Mari kencan ambek pacare, Cak War kepingin rokokan.

Mari rogoh-rogoh celono, Cak War gak nemu koreke, terus takok pacare

be'e ndhuwe korek.

"Koreke nang laci Cak. " jare pacare Cak War.

Pas mbukak laci, tibake Cak War ndhelok onok fotone wong lanang

dhempal brengosan.

Cak War langsung pucet wedhi kabeh.

"Lho dik, iki bojomu tah ? Cik sangare dik." Cak War takon nang

pacare.

"Huss . .ngawur ae . ." jare pacare.

"Tunanganmu tah . . ?" Cak War sik penasaran.

"Dhudhuk Cak, peno salah " jare pacare ambek ngalem nang Cak War.

"Ooo paling iki masmu, wong irunge mirip." Cak War mbedhek maneh.

"Dhudhuk Cak, peno salah maneh. " jare pacare.

"Lek ngono sopo wong iki ?" Cak War tambah penasaran.

Pacare njaluk pangku ambek ngalem mari ngono lagek ngaku.

"Iku ngono fotoku dhewe sak durunge operasi kelamin . . "

Ulang Tahun

Cak Dri ulang tahun sing ke 40. Atine rodhok sedih soale pas tangi isuk

bojone meneng ae gak ngucapno selamat, koyoke lali.

Pas sarapan kate budhal kerjo, anak-anake yo mbidhek kabeh gak onok

sing eling ulang tahun Bapake.

Cak Dri budhal kerjo ambek ati nelongso.

Bareng nang kantor, Yuk Ni konco kantore nyambut "Pagi Cak Dri.

Selamat Ulang Tahun ya"

Cak Dri atine seneng akhire onok wong sing eling ambek ulang tahune.

"Wah . .pancen kebacut anak bojoku mosok lali ambek ulang tahunku

" pikire Cak Dri.

Pas arep mangan siang, Yuk Ni ngejak metu wong loro.

Pikire Cak Dri, waduh kapan maneh rek oleh tawaran koyok ngene,

ketepakan Cak Dri sui naksir Yuk Ni pisan cumak gak wani ngomong.

"Yok opo lek awake dhewe istirahat nang kos-kosanku Cak ?" jare Yuk

Ni ambek ngalem.

Cak Dri ho-oh ae.

Pas sampek kos-kosan, Yuk Ni ngongkon Cak Dri ngaso dhiluk.

"Cak, anggepen iki omahmu dhewe. Aku tak nang kamar dhiluk, wis

tah pokoke aku onok kejutan gawe sampeyan." jare Yuk Ni.

Pas ditinggal ijenan, Cak Dri wis mbayangno kejutan seko Yuk Ni, atine

mpot-mpotan gak sabar.

Pikire aku yo isok rek membuat kejutan, akhire Cak Dri nyoplok klam-

bine kuabeh sampek blejet ambek ngenteni Yuk Ni salin.

Cak Dri terus merem mbayangno bodine Yuk Ni ambek wudho kelesetan

nang sofa.

Dhadhak ujug-ujug dumadhakan, Cak Dri kuaget sampek mecitat krungu

onok wong akeh nyanyi selamat ulang tahun.

Bareng Cak Dri melek, tibake Yuk Ni nggowo kue tar ambek anak bojone

Cak Dri metu seko kamar.

 

 

[contact-form] [contact-field label="Nama Pengunjung" type="name" required="true" /] [contact-field label="Email Anda" type="email" /] [contact-field label="Komentar anda" type="textarea" required="true" /] [/contact-form]

Humor Surabaya 2

Diuber celeng

Sore-sore mari mulih angon, Bunali pethuk ambek Brudin.


"Waras ta !! " jare Brudin ndhik Bunali.

"Waduh dino iki aku meh mati disruduk celeng " jare Bunali.

"Lho kok isok ngono, yok opo ceritone ?" jare Brudin.

"Mau awan iku aku pethuk celeng, terus tak garai, tak kileni ambek

pring dhadhak nguamuk. Aku diuber-uber katene disrudhuk, untunge iku

celenge bolak-balik tibo kepleset, dhadhi aku sempet menek wit klopo".

jare Bunali.

"Waduh cik sereme, lek aku sing ngalami wis pucet kepuyuh-puyuh gak

karuan" jare Brudin.

"Lho, aku iyo ngono, kon pikir celenge kepleset opo ?"

Drakula

Onok drakula loro jenenge Kentus ambek Kentir Arek loro iki wis sak

wengi gentayangan golek mbun-mbunan gak oleh-oleh.

Wis meh katene isuk Kentir mbalik atik lambene abhang kabeh bele-

potan getih.

Ndhelok ngono, Kentus malih purik, "Waduh awakmu kok isok oleh getih

akeh ?".

"Awakmu kepingin tah ?. Ayo melok aku !!! " jare Kentir.

Mari ngono arek loro iku miber bareng. Gak sui terus anjlok ndhik

wuwungane bangunan.

"Awakmu kethok cagak gendero ndhik ngisor iku ?" takok Kentir.

"Yo kethok rek !! Sing cedhake pos satpam iku se ," jare kentus.

"Wah hebat awakmu . ." jare Kentir.

"Lho opoko masalae ? " takok Kentus.

"Soale aku mau gak kethok . ." jare Kentir.

Asmuni

Bunali lagi kulak sandal nang pasar. Moro-moro onok arek marani Bunali.

"Lho sampeyan iki Asmuni Srimulat yo?" takok arek mau.

"Dhudhuk !. Ngawur ae.!!" jarene Bunali.

"Ojo mbujuki aku tah. Sampeyan mesti Asmuni!" jarene arek mau

ngeyel.

Bolak-balik Bunali negesno lek dheke dhudhuk Asmuni Srimulat, tapi

arek mau tetep ae ngotot gak percoyo. Ndhik endhi ae Bunali ditututi

ambek arek iku mau.

Mergo mangkel, akhire Bunali ngiyakno, cik arek iku ndang ngalih.

"Yo wis tak akoni aku pancene Asmuni Srimulat!. Kate lapo kon !!"

"Tapi kok gak mirip blas yo?" jare arek mau ambek nginclik.

ASI

Yuk Jah lungo nang dokter anak ambek nggendhong bayek. Gak sui Yuk

Jah diceluk mlebu, tibake doktere guanteng.

Mari merikso bayeke, doktere takok nang Yuk Jah, "Ning, arek iki

ngombe ASI opo susu botol ?"

"ASI pak dokter . . ." jare Yuk Jah.

"Wah lek ngono tulung aku prelu merikso susu sampeyan, "jare doktere.

Yuk Jah nurut, klambine dibukak. Mari ngono ambek doktere diperikso

alon-alon. Yuk Jah seneng ae, soale enak ambek doktere kan ganteng

pisan.

Wis mari merikso, doktere ngomong ngene, "Waduh Ning, yo pantes

bayek sampeyan kuru, wong sampeyan iku gak ndhuwe susu."

Jare Yuk Jah, "Dhudhuk aku sing nyusoni pak dokter ".

"Lha sopo maneh lho ? ." doktere bingung.

"Aku iki ewange . ."

Mo Limo bag 2

Mari nilep dhuwik makelaran , akhire Bunali pindah omah nang luar

kota golek ketenangan. Dhuwike ditukokno omah ndhik walike gunung

kemukus. Ndesone pancen suepi gak onok wong blas.

Paling banter Bunali metu tuku kebutuhan sakwulan pisan, sisane yo

wis ndhik omah dhewekan gak onok sing ngeriwuki. Pokoke uripe tenang

dan damai gak onok sing ngganggu maneh. Sui-sui sakjane Bunali yo kroso

kesepian.

Kiro-kiro wis rong sasi, pas enak-enak nyruput kopi sore-sore moro-moro

onok wong sing dhodhok omahe Bunali.

"Kulo nuwun, kenalno jenengku Wonokairun, omahku kiro-kiro rong kilo

seko kene. Aku katene ngundang sampeyan mangan-mangan ndhik om-

ahku jam pitu bengi. ". jare tamune Bunali.

"Wah ketepakan, aku wis sui gak gumbul wong maneh. Yo wis aku tak

mrono. " jare Bunali sueneng. Mari ngono Wonokairun pamit.

Pas katene metu lawang, Wonokairun mbalik maneh, "Aku meh lali,

engkok onok ngombe-ngombe bir pisan."

"Wah gak masalah, aku wis biasa ngombe" jare Bunali.

Jik tas mlaku, Wonokairun mbalik maneh, "Aku meh lali maneh, engkok

onok sabu-sabu pisan, tapi ojok rame-rame lho yo".

"Lho ketepakan iku, aku wis sui gak nyabu maneh," jare Bunali maneh.

Wis tekan pekarangan, dhadhak Wonokairun mbalik maneh, "Sampeyan

seneng gendhakan pisan tah gak ?"

"Opo maneh gendhakan, aku wis rong wulan nganggur, yo mesti ae arep

rek. " Bunali tambah giras mbayangno.

"Yo wis tak enteni " jare Wonokairun.

"Lho Mbah, aku kudhu nganggo klambi opo, batikan tah sarungan thok

? " takok Bunali.

Wedhi karo bojo

Mari pegatan muntiyadi terus rujukan maneh karo romlah. Masalahe

muntiyadi cinta pol karo romlah.

Kapanane ndek kesatuanne muntiyadi, tentara diperintah baris. Tapi

komandan njaluk barisanne dibagi loro.

Barisan sing pertama tentara sing wedi karo bojone. Barisan sing kedua

tentara sing gak wedi karo bojone.

Pas komandan ngecek barisan. Barisan sing pertama akeh pol... Barisan

sing kedua cuman siji yo muntiyadi

Komandanne takok nang muntiyadi: Opo'o peno kok gak wedi karo bojo.

"Lho aku iki ndek barisan kedua, dikongkon karo bojoku" Jare muntiyadi.

Nostalgia

Pas wayahe bulan purnama, Muntiyadi ngejak Romlah ngelencer nostalgia

numpak bronpit.

Mari ngono, arek loro iku tekan mburine pabrik paku.

"Dik, yok opo lek awake dhewe mbaleni lakon limang taun kepungkur

pas pacaran biyen ?" jare Muntiyadi.

"Iyo cak, setuju." jare Romlah.

Mari ngono, Romlah dilungguhno ndhik pager wesi mburine pabrik paku

iku. Terus ambek Muntiyadi, Romlah dijak indehoi koyok jamane pas

pacaran biyen.

Moro-moro, Romlah lunjak-lunjak ambek awake horeg kabeh. Ndelok

bojone giras ngono, Muntiyadi tambah semuangat.

Wis oleh rong ronde, akhire arek loro iku nggeblak ceblok ndhik suket.

"Waduh dik, awakmu kok cik girase " jare Muntiyadi.

"Iyo cak, limang taun kepungkur, pager wesine gak onok setrume. ."

Semongko

Bunali lagi pusing soale kebon semongkone ben bengi dijarahi wong, pada-

hal lagi wayahe panen. Wis diakali macem-macem sik pancet ae akeh sing

ilang.

Jarene wong sing nyolong iku Wonokairun, tapi Bunali gak wani nangkep.

Akhire Bunali nemokno cara cik malinge kapok.

Sore-sore sak durunge mulih, Bunali masang papan peringatan sing onok

tulisane ngene, "Awas !!! Ati-ati lek arep nyolong. Salah siji semongkoku

iki wis tak suntik racun"

Mari ngitung semongkone sing mateng, kabeh onok limolas, Bunali mulih.

Sisuke Bunali nyambangi kebone maneh, pas di ijir semongkone sik

pancet limolas.

"Wah tibake malinge gocik, tak bujuki ambek pengumuman ae wis wedhi

" pikire Bunali.

Mari ngono Bunali ndhelok papan pengumumane ambruk, wah paling

ketiup angin, pikire Bunali maneh. Pas diwalik, tibake papan pengumu-

mane ditambahi tulisan ambek malinge,

"Awas !!! saiki onok loro".

Wedhus

Bunali pethuk Wonokairun lagi angon wedhus.

"Mbah, waduh wedhus sampeyan akeh yo ?" jare Bunali

"Yo lumayan " jare si Mbah

"Pira kabehe, Mbah ?" takon Bunali maneh

"Sing putih opo sing ireng ?"

"Sing putih, wis"

"Selawe"'

"Wik, cik akehe. Lha sing ireng?'"

"Podho..." jare Wonokairun ambek ngarit suket Bunali takon maneh.

"Mangan sukete yo akeh pisan, Mbah.."

"Yo.."

"Pirang kilo mangane sakdino ?"

"Sing putih opo sing ireng ?"

"Sing ireng, wis"

"Yo kiro-kiro limang kiloan"

"Lha sing putih?"

"Podho . . ."

Bunali bingung, laopo lek ditakoni kok kudu mbedakno sing putih tah

ireng, wong jawabane yo podho ae.

"Mbah, opoko lek tak takoni perkara wedusmu, sampeyan mesti leren

takon sing putih tah sing ireng barang. Padahal masiyo putih utawa ireng,

jawabanmu podho terus. Sakjane ngono onok opo?"

"Ngene lho, sing putih iku wehusku..."

"Lha sing ireng ?" "Podho . . ."

Bajak Laut

Muntiyadi pethuk ambek Gempil koncone sing dines ndhik angkatan darat.

Tibake Gempil iku saiki sikile sing kiwo yo dingklang pisan, ambek tangane

sing tengen tibake yo tughel digenti cathoke bakul beras. Sing luwih nemen

maneh, motone gempil kari sing kiwo. Moto sing tengen wis cumplung

ditutupi kain ireng malih koyok bajak laut.

"Lho Mun, sikilmu opoko ? " takok Gempil.

Mari ngono Muntiyadi cerito pengalamane kijolan sikile wong wedhok.

"Lha awakmu opoko kok mreteli pisan ?" Muntiyadi genti takok nang

Gempil .

"Pas aku patroli nang Aceh, sikilku ngincak granat, langsung puthul.

Pas iku onoke sikile sapi, berhubung aku gak gelem, akhire yo ngene sikilku

dhadhi mek sithok".

"Waduh cik apese nasipmu, lha tanganmu opoko kok digenti cathoke

beras ?" takok Muntiyadi maneh.

"Mari sikilku tughel iku mau, aku dirawat ndhik barak.

Moro-moro barakku dibom ambek mungsuh, kenek tanganku, langsung

tughel.

Pas iku onoke cathoke beras, timbangane gak onok blas, akhire aku

gelem. " jarene Gempil maneh.

"Wah kayal thok kon iku, lha motomu opoko kok cumplung pisan ?

Kelilipen granat tah ?" takok Muntiyadi maneh.

"Oo iku seje ceritone. Enak-enak cangkruk nyeritakno pengalamanku

iku mau, moro-moro onok manuk nembeleki mripatku ". jare Gempil.

"Wah kon iku tambah ngawur thok ae, lha mosok ditembeleki manuk

isok motone cumplung". Muntiyadi mulai gak percoyo.

"Lho iku dhudhuk mergo tembelek manuk" jare Gempil.

"Lho opoko ?" takok Muntiyadi. "Iku pas dino pertama aku nggawe

cathok beras".

Numpak Taksi

Muntiyadi mari mulih jogo kiro-kiro jam rolas bengi. Embong wis suepi,

gak onok bemo sing lewat, ojek yo gak onok. Muntiyadi malih merinding

disko opo maneh ketepakan saiki malem Jum'at kliwon.

Mari ngenteni sui, akhire onok taksi liwat, waduh lumayan pikire. Mari

mlebu taksi lungguh ndhik mburi, Muntiyadi terus ngandani supir taksine

njaluk diterno mulih nang Wiyung.

Mergo kekeselen, gak sui Muntiyadi langsung keturon pules.

Pas enak-enak turu, Muntiyadi moro-moro keroso taksine kok tambah

alon. Bareng didelok dhadhak supir taksine wis gak onok, tibake montore

mlaku dhewe.

Muntiyadi tambah gemeter pas ndhelok tibake taksine lagi ngeliwati

kuburan.

Mergo gak kuat nahan wedhi, Mutiyadi bengok-bengok ambek kepuyuh-

puyuh "Tolong !!. . .tolong !!".

Moro-moro seko jendelone taksi, onok endhase supir taksi njengongok.

Muntiyadi tambah pucet gak karuan, tibake supir taksine ngomong ngene.

"Hee cak . .ojok turu ae . .Ewangono nyurung, montore mogok iki lho.

."

Mercon

Kentir pethuk ambek konco lawase sing jenenge Kentus. Pas ketemu arek

loro iku podho kagete mergo Kentir ambek Kentus podho-podho sirae

petal, raine gosong ambek untune yo podho bogange. Arek loro iku takok

takokan opoko kok isok podho bocele. Kentir cerito lek raine rusak, sirae

petal, ambek untune ngowos mergo melok nyemprot kobongan ambek mangap.

"Pas aku mangap dhadhak onok elpiji mbledhos" jare Kentir. Mari

ngono Kentir takok nang Kentus opoko kok sirae petal.

"Mari teraweh aku nyumet mercon ambek rokok. Mari tak sumet, mer-

cone tak sawatno wong dhodhol soto terus ndhelik ambek ngisep rokok.

Dhadhak wonge ngerti, aku diuber terus sirahku digepuki pikulane soto"

jare Kentus.

"Lha lek raimu opoko kok gosong" takok Kentir maneh.

"Mari sirahku waras, aku merconan maneh. Mari tak sumet ambek

rokok, mercone tak sawatno wong dhodhol bakso terus dhelik maneh am-

bek ngisep rokok. Dhadhak aku ketemon maneh, aku diuber mari ngono

diguyang dhudhuhe bakso" jare Kentus.

"Wok nemen kon iku, ngono yo gak kapok. Lha lek untumu opoko kok

guwung kabeh ?" takok Kentir maneh.

"Oo lek iki seje ceritone. Pas katene nyumet mercon dhadhak onok arek

pacaran liwat"

"Kapok kon, mulakno tah ojok seneng nginceng. Paling kon digibheng

ambek sing lanang " jare Kentir kemeruh.

"Gak ngono ceritone . ." jare Kentus.

"Opoko lho . .?" takok Kentir.

"Aku lali . . . Rokokku sing tak sawatno. . ."

Kepiting

Romlah njaluk ditukokno kepiting gawe buko.

"Yo wis tak tukokno nang rolak" jare Muntiyadi.

"Lho gak numpak bronpit tah ?" takok Romlah.

"Gak wis, cik gak amis. Tak nyegat bemo ae" jare Muntiyadi.

Mari ngono Muntiyadi budhal nyegat bemo. Dhadhak ndhik bemo

Muntiyadi pethuk ambek bekas pacare biyen, jenenge Sablah.

"Lho cak Mun, kate nang endhi peno cak ?"takok Sablah. "Kate nglencer

golek angin . ." jare Muntiyadi.

"Sakjane aku kate kulak kain, tapi wurung ae wis, tak melok peno ae"

jare Sablah ngalem.

Mari ngono arek loro iku ngelencer nang musium Kapal Selam. Ndhik

kono lak isis tah, dhadhi gak keroso moro-moro wis sore.

"Waduh blaen iki, aku kudhu mulih, wis yo ." jare Muntiyadi.

Mari pamitan, Muntiyadi mampir nang rolak tuku kepiting diadhai kre-

sek. Mergo gopoh kabeh, pas katene mlebu pekarangan dhadhak kreseke je-

bol, kepitinge buyar kabeh. Ambek nggurak kepitinge, Muntiyadi bengok-

bengok

"Ayo cepetan sithik . .wis meh tekan iki " Krungu bojone bengok-

bengok, Romlah ambek muring-muring.

"Cak . .cak, cik guobloke se sampeyan iku. Lha mosok kepiting digiring

padhakno bebek ae. Mulakno kok sui. . ."

Wanita Besi

Sutaji gupuh kabeh marani kantor pulisi katene lapuran.

"Waduh Pak Pulisi, aku sik tas ae dinunuti Margaret Tatcher " jare

Sutaji.

"Sampeyan ojok macem-macem lek lapuran ." jare pulisine gak percoyo.

"Saestu Pak, asli aku gak mbujuk ". jare Sutaji.

"Lek ngono lapuran sing lengkap alon-alon. Sampeyan pethuk Margaret

iku nang ndhi ?" takok pulisine.

"Ngene lho ceritone Pak. Pas aku ngirim barang arep mlebu tol Waru,

moro-moro onok bule tuwek awe-awe njaluk nunut. Bareng wis munggah,

aku kuaget tibake wong bule iku Margaret Tatcher. " jare Sutaji.

"Lho kok sampeyan yakin lek iku asli Margaret Tatcher ?"takok Polisine.

"Aku yakine iku pas ngisi solar, dhe'e iku titip njaluk tukokno Mesran

Super, jarene ngelak. Lha sisane iku ditetesno mripate, jarene mripate

perih" jare Sutaji.

"Opoko ceritone kok dhe'e sampek isok nunut awakmu ?" takok pulisine

maneh.

"Ceritone iku, dhe'e lagi melancong nang Suroboyo, lha pas sampek

Demak dhadhak moro-moro dhe'e diuber-uber wong akeh, onok tukang

rombeng, onok juragan besitua. Kabeh iku nggowok timbangan dhewe-

dhewe kepingin ngiloni dhe'e.

Mergo wedhi, akhire dhe'e mlayu mbalik nang hotel. Pas arep tekan

hotel, dhadhak dhe'e pethuk ambek wong Timbang Badan. Begitu ndhelok

timbangan, Margaret tambah pucet kewedhen, terus mlayu maneh sampek

akhire pethukan ambek aku njaluk nunut.

Pas tak takoni arep nang endhi, jarene sembarang pokoke sing aman.

Akhire yo tak jak ngirim barang. Lha saiki iku aku arep lapuran ndhik

sampeyan lek Margaret iku ngilang maneh.

"Aku wedhi lek disalahno." jare Sutaji.

"Lho kapan dhe'e ngilang maneh ? " takok pulisine.

"Pas praotoku tak enggokno jembatan timbang "

Ketinggalan Sepur

Mari nglaporno margaret thatcher sutaji oleh tugas maneh seko kaji Im-

ron. Sutaji dikongkon ngeterno duwek rong juta gawe mbayar utange kaji

Imron.

"Pak .....duwek rong juta iki dikekno sopo" ? Takok sutaji.

"nggone Pak Bunali ndek Semarang" jare Pak kaji

"sopo sing ngeterno aku nang terminal sepur" jare sutaji maneh

"Ojo kuatir ..... gempil karo sujak ngancani awakmu sampek stasion

sepur" jare Pak Kaji.

Menene wong telu budal numpak sepur jurusan semarang.

"Sepure sek suwe rek .....ayok ngopi karo rokokan desek rek" jare Sutaji.

Akhire wong telu mau ngobrol karo guyon cekikikan ndek warung kopi.

Saking asyike guyon wong telu mau gak ngerti lek sepure kate budal.

Pas suorone sepur muni banter teett...tetttt ... arek telu mau kuaget.

Mari mbayar kopi arek telu terus mblayu nututi sepur. Gempil karo

sujak mblayune luwih cepet dadi sik isok mencolot mlebu nang sepur.

Sutaji ketinggalan ndek mburi ... akhire gak nutut .. wis .. ketinggalan.

Gak suwe sutaji terus ngguyu kuekel ..... ha ..ha ..ha ... Wong sing ndelok

..sutaji ... ono sing sakno .. ono sing bingung ... ono sing ngiro arek

gendeng. Satpame ndelok sutaji koyok ngono gak mentolo .. dipikir saking

sedihe terus dilampiasno ngguyu

"hei .. kon iku ketinggalan sepur kok malah ngguyu kekel opo' o?" jare

satpame Sing kate lungo iku sakjane aku ....

Sing numpak sepur kok malah sing ngeterno aku ...

SPG

Sore-sore onok cewek SPG teko nawakno panci nang omahe Wonokairun. "Kulo nuwun. " jare cewek iku ambek nyepot sandal.

"Oo monggo, monggo pinarak. "jare Wonokairun.

"Nuwun sewu pak, ibu wonten Pak ?" takok ceweke.

"Waduh bojoku gak ndhik omah ndhuk " jare Wonokairun.

"Yen ngoten, kulo ngerantos mawon " jare ceweke maneh.

"Lho monggo. Anggepen koyok omah dhewe ndhuk " jare Wonokairun

ambek ngejak cewek iku mau mlebu ruang tamu. Mari ngono tamune

ditinggal ngetren dhoro.

Pas Wonokairun mulih, tibake cewek iku sing lungguh nang ruang tamu.

Ketokane cewek iku wis kuesel ngenteni kudhu ngamuk ae.

"Ibu teng pundhi to Pak ?" takok cewek SPG iku.

"Bojoku lungo nang kuburan ndhuk" jare Wonokairun.

"Jam pinten mangke kondure ?" takok cewek iku maneh.

"Waduh gak weruh aku ndhuk. Wis onok limolas taun durung tau mulih

Njegur

Onok juragan tambak jenenge Sablah ngadakno sayembara.

"Sopo ae sing wani njegur nang tambakku, bakal oleh hadiah Sepeda

Montor." jare Sablah.

Akeh wong sing ngumpul ndhelok sayembarane, tapi gak onok sing wani

njegur nang tambak. Masalae tambake isine dhudhuk iwak tapi boyo,

nyambik, bajul lan sak panunggalane.

Mergo gak onok sing wani njegur, hadiae digenti dhadhi montor kijang

anyar. Tapi tetep ae gak onok sing wani njegur mergo merinding ndhelok

boyone guedhe-guedhe mangap kabeh.

Akhire ambek Sabalah hadiae ditambah maneh, montor kijang anyar

ambek omah sak isine. Tapi tetep ae gak onok sing wani njegur. Mari sepi

meneng kuabeh, moro-moro Muntiyadi njegur nang tambak.

Penontone keplok-keplok kabeh ndhelok Muntiyadi gelut ambek boyo.

Kiro-kiro wis sak jam, akhire Muntiyadi tampil sebagai pemenang. Cumak

yo ngono, awake dhedhel kuabeh. Wis mari ambekan, Sablah marani arep

nyerahno hadiae, tapi Muntiyadi nolak.

"Yo wis tak tambahi dhuwik limangatus juta"jare Sablah, tapi Muntiyadi

tetep nolak.

"Tak tambahi mas-masan sak kilo" jare Sablah maneh, Muntiyadi tetep

gak gelem.

"Wis ngene ae, awakmu njaluk opo ae, tak turuti"jare Sablah gak gelem

kalah.

"Aku njaluk arek sing njungkrakno aku mau digowo rene"jare Muntiyadi.

Numpak Taksi 2

Mari jogo bengi Muntiyadi mulih numpak taksi.

Timbangane sepi, Muntiyadi njawil supir taksine kate ngejak ngobrol.

Pas dijawil dhadhak supir taksine kuaget setengah mati. Saking kuagete,

sikile langsung mancal gas, montore langsung mencelat katene nyosop

warung.

Untunge, supire sik sempet ngincak rem, gak sidho nubruk. Muntiyadi

ambek supire podho pucete gak isok ambekan.

Pas wis tenang, Muntiyadi njaluk sepuro ambek takon nang supire opoko

dijawil ae kok kuaget.

Jare supire "Ngene lho cak, aku sik tas pertama kali iki nyupir taksi, lha

sampeyan iku yo penumpangku sing pertama pisan."

Muntiyadi bingung "Lho mbiyen sampeyan kerjone opo, kok isok sampek

kagetan koyok ngene ?"

"Aku mbiyen yo nyupir pisan" jare supir taksine.

"Supir praoto tah ?" takok Muntiyadi. "Supir montor jenasah . ."

Sepuluh Ewu

Wonokariun ngejak gendakane, jenenge Mbok Cempluk, perikso nang dok-

ter Bunali.

"Opoko sampeyan iku mbah, wong awake ketok tahes kok athik perikso."

takok dokter Bunali.

"Ngene lho dok, umurku iki wis 80 lha bojoku iki wis kewut pisan umure

75. Aku pingin takok opo sik oleh tah aku ambek bojoku iki main koyok

manten anyar ?" takok Wonokairun ambek isin-isin.

"Lho lek sampeyan gak onok penyakit yo aman-aman ae. " jare doktere.

"Wah tepak lek ngono, cumak cik tambah mantep, tulung aku ambek

bojoku diperikso. Lha terus mumpung ndhik kene, aku tak main ambek

bojoku nang kamar praktek sampeyan. Tulung dipantau mbok menowo

onok opo-opo." Jare Wonokairun.

Batine Bunali, sak umur-umur lagek iki ono pasien njaluk sing aneh

koyok ngene. Tapi wong jenenge dokter akhire panjaluke Wonokairun di-

turuti, mari jantunge diperikso, wong loro iku main tutupan layar. Lha

Bunali ngenteni jogo-jogo lek misale wong loro iku gak kuat terus jantun-

gen. Mari oleh rong ronde, Wonokairun ambek Mbok Cempluk metu ngguya-

ngguyu. "Yok opo dok, aman ae tah?" takok Wonokairun.

Ambek Bunali jantunge wong loro iku diperikso maneh, tibake pancene

sik kuat.

"Wis mbah, sampeyan sehat wal afiat. Ojok khawatir." "Suwun dok.

Piro ongkose ?" takok Wonokairun.

"Sepuluh ewu ae, wong sampeyan iku asline sehat." Jare Bunali.

Mari ngono arek loro iku pamitan mulih. Seminggu maneh, wong loro

iku teko maneh nang dokter Bunali. Persis koyok seminggu kepungkur,

njaluk diperikso jantunge, mari ngono njaluk dipantau pas main.

Bunali yo nuruti ae wong pancen tugase sebagai dokter. Mari oleh rong

ronde, Wonokairun ambek Mbok Cempluk metu ngguya-ngguyu.

"Yok opo dok, aman ae tah?" takok Wonokairun.

Ambek Bunali jantunge wong loro iku diperikso maneh, tibake pancene

sik kuat.

"Lak wis tak kandani, sampeyan sehat wal afiat. Ojok khawatir."

"Suwun dok. Piro ongkose ?" takok Wonokairun.

"Sepuluh ewu ae, wong sampeyan iku asline sehat." Jare Bunali.

Mari ngono arek loro iku pamitan mulih. Seminggu maneh, wong loro

iku teko maneh nang dokter Bunali.

Persis koyok seminggu kepungkur, njaluk diperikso jantunge, mari ngono

njaluk dipantau pas main. Bunali wis mulai ngersulo, tapi yo sik dituruti.

Mari oleh rong ronde, Wonokairun ambek Mbok Cempluk metu ngguya-

ngguyu.

"Yok opo dok, aman ae tah?" takok Wonokairun. Ambek Bunali jan-

tunge wong loro iku diperikso maneh, tibake pancene sik kuat.

"Koyok minggu wingi, sampeyan sehat wal afiat. Ojok khawatir."

"Suwun dok. Piro ongkose ?" takok Wonokairun.

"Sik tah mbah, aku katene takok. Sampeyan lak wis tak kandani lek

sampeyan iku sehat, laopo bolak-balik teko rene ngongkon aku mentelengi

sampeyan main.

Masio elek, aku iki dokter rek !!, dhudhuk wasit smack down."

Bunali mulai purik. "Ngene lho dok, aku iki wis muteri sak Suroboyo,

Mbenjeng, Balungbendo, Ndhiwek sampek Peterongan. Gak onok sewa

kamar sing ngisore sepuluh ewu ."

Pelabuhan

Muntiyadi oleh tugas jogo nang pelabuhan Tanjung Perak mulai isuk sam-

pek sore.

Isuk-isuk kiro-kiro jam enem, Muntiyadi pethuk ambek Togog numpak

sepeda gunung metu seko pelabuhan.

Muntiyadi curiga soale, sepedane Togog digandoli glangsing guedhe loro

kiwo tengen. Isine pasti sabu-sabu, utowo putaw pikire Muntiyadi.

Mergo curiga, Togog dicegat terus digeledah kuabeh mulai klambi, kathok

sampek kampes. Mari ngono isi glangsinge yo disuntek pisan, tibake isine

mek pasir thok. Gak onok nakobar blas.

"Kon laopo sepedaan nang kene ?" takok Muntiyadi.

"Ngene lho pak, aku iki seneng olahraga nang pinggit laut, angine enak."

jare Togog.

"Lho laopo sepedamu apik-apik athik kon gandholi pasir ?"takok Muntiyadi.

"Sepedaku iki enteng pak, cik rodhok abhot sithik yo tak gandholi pasir

iki." jare Togog maneh.

Pikire Muntiyadi yo masuk akal penjelasane Togog iki. Mari KTPne

diperikso, akhire Togog diculno. Sisuke, Muntiyadi pethuk Togog sepedaan

maneh. Mergo sik curiga, Togog diperikso maneh koyok wingi.

Akhire pancen gak onok opo-opo, isine glangsing cumak pasir thok, To-

gog terus diculno maneh. Kiro-kiro wis seminggu, Muntiyadi mulai bosen

merikso Togog. Dhadhi lek pethuk ben isuk mek manthuk thok, laopo

diperikso maneh wong mek pasir.

Selama telung taun akhire ben isuk Muntiyadi pethuk ambek Togog

numpak sepedaan. Arek loro iku malih dhadhi konco apik, kadang-kadang

Togog ditraktir ngopi lek isuk.

Mari ngono Muntiyadi dipindah tugase mbalik nang markas besar, gak

tau pethuk ambek Togog maneh. Suatu hari, pas Muntiyadi mangan nang

restoran, dhadhak pethuk Togog maneh. Tibake Togog iku sugih, montore

sedan anyar.

Bareng kethok onok Muntiyadi, genti Togog sing nraktir. Ambek man-

gan, arek loro iku ngobrol.

"Gog, terus terang ae sakjane aku iki sik curiga ambek awakmu. Aku

yakin sakjane awakmu iki penyelundup, gak mungkin awakmu isok sugih

koyok ngene. Saking ae aku gak isok nemokno barang bukti. Lha saiki

aku wis gak jogo nang kono, wis tah awakmu ngaku ae ojok khawatir,

selama telung taun wingi sakjane awakmu iku nyelundupno opo?." takok

Muntiyadi penasaran.

"Sepeda . . ."

Sayang anak

Muntiyadi oleh tugas penyerbuan nang sarange GAM.

Repote, anake Muntiyadi sing jenenge Tole umure sik sepuluh taun gak

gelem ditinggal njaluk melok. Mergo sayang anak, akhire Tole dijak pisan,

mari mulih sekolah langsung melok numpak pesawat.

Nang pesawat wis onok koncone Muntiyadi jenenge Togog ambek Gem-

pil. Pas nang awang-awang, dhadhak mesin pesawate mbrebhet terus mati.

Wong papat iku mau mulai pucet kepoyoh-poyoh royokan parasut. Lha

masalae parasute iku mek telu, padahal wonge onok papat termasuk Tole

anake Muntiyadi.

Mergo wedhi kedisikan, Togog langsung nyaut parasut terus terjun metu

pesawat. Mari ngono Gempil gak gelem kalah, melok nyaut parasut terus

terjun pisan. Muntiyadi terus rundingan ambek anake, sopo sing kudhu

ngalah soale parasute kari sithok.

"Le anakku, parasut iki gawe awakmu ae, masa depanmu sik dhowo.

Bapak mek titip salam gawe mbokmu yo Le."

"Pak, sampeyan wis gak usah mbrebes mili, ngisin-ngisini markas besar

ae. Iki lho parasute sik onok loro. " jare Tole.

"Lho kok isok ngono, lak mau wis disaut Togog ambek Gempil ?"Muntiyadi

heran.

"Sing disaut Om Togog iku mau tas sekolahku . . ."

Lali

Sore-sore Wonokairun nangis gerung-gerung ndhik pinggir embong ambek

napuki sirahe. Gak sui Bunali liwat, begitu ndhelok onok wong tuwek

nangis langsung mandhek nakoni.

"Mbah, laopo sampeyan nangis ndhik pinggir embong ?" takok Bunali.

"Aku ndhuwe bojo anyar ndhik omah, sik tas ae tak rabi, umure 20 taun,

sik enom, ayu, semlohe. " jare Wonokairun ambek nangis.

"Lho lak enak se sampeyan, laopo kok nangis lho ?. " Bunali mulai

bingung.

"Ngene lho cak, wis ayu, bojoku iku yo pinter masak. Opo ae kari njaluk,

jangan asem, rawon, brengkes, sembarang sing enak-enak pokoke. " jare

Wonokairun.

"Lha kurang opo maneh sampeyan Mbah. Ngono kok sik mewek ae. "

Bunali tambah bingung.

"Mari ngono yo, bojoku iku setia pol ambek aku. Lek onok sing nggudho

langsung dikandhakno aku. " jare Wonokairun maneh.

"Lek ngono ceritane, lha terus opoko sampeyan kok nangis gerung-

gerung gak mari-mari ?" Bunali wis gak sabar meneh.

"Aku lali ndhik endhi omahku . . . ."

Ndlahom

Muntiyadi bingung nggoleki bojone. Mari munyer-munyer sepedaan, akhire

ketemu. Muntiyadi kuaget, tibake Romlah lagi ndhodhok ndhik tengah la-

pangan, waduh sempel wong iki pikire. Seko pinggir embong Muntiyadi

mbengoki bojone.

"Ooooiii !!! Laopo kon ndhik kono dik" jare Muntiyadi ambek bengok-

bengok.

"Lho sampeyan gak kethok tah, aku lagi numpak perahu nang tengah

segoro" jare Romlah.

"Waduh dik, mulakno wong ngarani awakmu ndlahom, wong kelakuanmu

pancene koyok ngono. Ayok ndhang mulih, ojok ngisin-ngisini aku" jare

Muntiyadi emosi.

"Gak gelem aku cak, wong aku lagi enak-enak golek iwak "jare Romlah.

"Mulih tah gak !!!" jare Muntiyadi muntap.

"Gak gelem!! " jare Romlah.

"Tak gibheng lho yo !!!" jare Muntiyadi.

"Rinio lho lek wani !!" jare Romlah.

"Oo... saking ae aku gak isok renang"

 

 

[contact-form] [contact-field label="Nama Pengunjung" type="name" required="true" /] [contact-field label="Email Anda" type="email" /] [contact-field label="Komentar anda" type="textarea" required="true" /] [/contact-form]

Minggu, 24 Januari 2010

Mari Berdo'a dengan Doa Tawassul

Kata Tawassul berarti perantara. Sedangkan doa tawassul ialah doa yang dipanjatkan seoran hamba kepada Allah SWT dengan menyebut nama nama manusia manusia suci di sisi Allah, atau orang yang mempunyai kedudukan tinggi disisiNya sebagai perantaranya.


Adapun doa tawassul  yang  tersusun dalam kitab Mafatihul Jinan adalah doa yang memakai nama Nabi SAWW, Imam Ali, Sayyidah Fatimah,Imam Hasan  dan Imam Husain serta sembilan Imam dari keturunan Imam Husain sebagai perantara antara kita dengan Allah SWT.






DOA  TAWASUL


بِسْمِ اللهِ الرَّ حْمَنِ الرَّ حِيْمِ


Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

اللَهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ اَلِ مُحَمَّدٍ


Ya Allah sampaikanlah shalawat kepada Nabi Muhammad dan Keluarga Nabi Muhammad

اللَهُمَّ اِنِّي اَتَوَ جَّهُ اِلَيْكَ بِنَبِيِّكَ نَبِيِّ الرَّ حْمَةِ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله ُ  عَلَيْهِ وَ اَلِهِ


Ya Allah seseungguhnya aku memohon kepadaMu dan menghadap padaMu dengan(dukungan) NabiMU, Nabi pembawa rahmat, Nabi Muhammad, Shalawat atasnya dan atas keluarganya

ياَ أَباَ الْقَا سِمِ ، ياَ رَسُوْ لَ اللهِ ، ياَ اِ مَا مَ الَّر حْمَةِ ، يَاسَيِّدَ نَا وَمَوْ لاَ نَا،


إنَّا تَوَ جَّهْنَا وَ ا سْتَشْفَعْنَا وَتَوَ سَّلْنَا بِكَ إِلَى اللهِ ، وَقَدَّ مْنَا كَ


بَيْنَ يَدَ ىَّ حَا جَا تِنَا ، ياَ وَجِيْهًا عِنْدَ اللهِ ، اِشْفَعْ لَناَ عِنْدَ اللهِ


Wahai Abul Qosim, Wahai Rosullullah,Wahai Imam pembawa rahmat, Wahai junjungan kami,. Sesungguhnya kami menghadap, meminta syafaat dan bertawasul denganmu kepada Allah serta mengajukan padamu seluruh keperluan keperluan kami. Wahai yang terpandang di sisi Allah, berilah kami syafaat di sisi Allah.

ياَ أَباَ الْحَسَنِ ، ياَ اَمِيْرَ الْمُؤْ مِنِيْنَ ، ياَ عَلِيَّ بْنَ أَ بِيْ طَا لِبِ،


يَا خُجَّةَ ِللهِ عَلَى خَلْقِهِ ، يَاسَيِّدَ نَا وَمَوْ لاَ نَا،


إنَّا تَوَ جَّهْنَا وَ ا سْتَشْفَعْنَا وَتَوَ سَّلْنَا بِكَ إِلَى اللهِ ، وَقَدَّ مْنَا كَ


بَيْنَ يَدَ ىَّ حَا جَا تِنَا ، ياَ وَجِيْهًا عِنْدَ اللهِ ، اِشْفَعْ لَناَ عِنْدَ اللهِ


Wahai Abul Hasan, Wahai Pemimpin kaum Mukmin,Wahai Ali bin Abi Thalib, Wahai Hujjah Allah atas mahlukNya, Wahai junjungan kami. Sesungguhnya kami menghadap, meminta syafaat dan bertawasul denganmu kepada Allah serta mengajukan padamu seluruh keperluan keperluan kami.Wahai yang terpandang di sisi Allah, berilah kami syafaat di sisi Allah

ياَ فَا طِمَةُ الزَّ هْرَاءُ ، ياَ بِنْتَ مُحَمَّدٍ، يَا قُرَّ ةَ عَيْنِ الرَّ سُوْ لِ،


يَاسَيِّدَ تَنَا وَمَوْ لاَ تَنَا، إنَّا تَوَ جَّهْنَا وَ ا سْتَشْفَعْنَا وَتَوَ سَّلْنَا بِكِ إِلَى اللهِ ،


وَقَدَّ مْنَا كِ بَيْنَ يَدَ ىَّ حَا جَا تِنَا ، ياَ وَجِيْهًةًَ عِنْدَ اللهِ ،


اِشْفَعِيْ لَناَ عِنْدَ اللهِ


Wahai Fathimah Az Zahra, Wahai Putri Muhammad,Wahai cahaya mata(penghibur) Rasul, Wahai junjungan kami. Sesungguhnya kami menghadap, meminta syafaat dan bertawasul denganmu kepada Allah serta mengajukan padamu seluruh keperluan keperluan kami.Wahai yang terpandang di sisi Allah, berilah kami syafaat di sisi Allah

ياَ أَباَ مُحَمَّدٍ، ياَ حَسَنَ بْنَ عَلِيٍّ ، يَا بْنَ رَسُوْلِ اللهِ،


يَا خُجَّةَ ِللهِ عَلَى خَلْقِهِ ، يَاسَيِّدَ نَا وَمَوْ لاَ نَا،


إنَّا تَوَ جَّهْنَا وَ ا سْتَشْفَعْنَا وَتَوَ سَّلْنَا بِكَ إِلَى اللهِ ، وَقَدَّ مْنَا كَ


بَيْنَ يَدَ ىَّ حَا جَا تِنَا ، ياَ وَجِيْهًا عِنْدَ اللهِ ، اِشْفَعْ لَناَ عِنْدَ اللهِ


Wahai Abu Muhammad, Wahai Hasan bin Ali Al Mujtaba,Wahai putra Rasullulah, Wahai Hujjah Allah atas mahlukNya, Wahai junjungan kami. Sesungguhnya kami menghadap, meminta syafaat dan bertawasul denganmu kepada Allah serta mengajukan padamu seluruh keperluan keperluan kami.Wahai yang terpandang di sisi Allah, berilah kami syafaat di sisi Allah

ياَ اَباَ عَبْدِ اللهِ، ياَ حُسَيْنَ بْنَ عَلِيّ، اَيُّهَا السَّهِيْدُ،  يَا بْنَ رَسُوْلِ اللهِ،


يَا خُجَّةَ ِللهِ عَلَى خَلْقِهِ ، يَاسَيِّدَ نَا وَمَوْ لاَ نَا،


إنَّا تَوَ جَّهْنَا وَ ا سْتَشْفَعْنَا وَتَوَ سَّلْنَا بِكَ إِلَى اللهِ ، وَقَدَّ مْنَا كَ


بَيْنَ يَدَ ىَّ حَا جَا تِنَا ، ياَ وَجِيْهًا عِنْدَ اللهِ ، اِشْفَعْ لَناَ عِنْدَ اللهِ


Wahai Abu Abdillah, Wahai Husain bin Ali Asy Syahid,Wahai putra Rasullulah, Wahai Hujjah Allah atas mahlukNya, Wahai junjungan kami. Sesungguhnya kami menghadap, meminta syafaat dan bertawasul denganmu kepada Allah serta mengajukan padamu seluruh keperluan keperluan kami.Wahai yang terpandang di sisi Allah, berilah kami syafaat di sisi Allah

ياَ اَباَ الْحَسَنِ ، ياَ عَلِيَّ بْنَ الْحُسَيْنِ ، يَا زَيْنَ اْلعَا بِدِ يْنَ ،


يَا بْنَ رَسُوْلِ اللهِ، يَا خُجَّةَ ِللهِ عَلَى خَلْقِهِ ، يَاسَيِّدَ نَا وَمَوْ لاَ نَا،


إنَّا تَوَ جَّهْنَا وَ ا سْتَشْفَعْنَا وَتَوَ سَّلْنَا بِكَ إِلَى اللهِ ، وَقَدَّ مْنَا كَ


بَيْنَ يَدَ ىَّ حَا جَا تِنَا ، ياَ وَجِيْهًا عِنْدَ اللهِ ، اِشْفَعْ لَناَ عِنْدَ اللهِ


Wahai Abul Hasan, Wahai Ali bin Husain,Wahai Zaenal Abidin, Wahai putra Rasullulah, Wahai Hujjah Allah atas mahlukNya, Wahai junjungan kami. Sesungguhnya kami menghadap, meminta syafaat dan bertawasul denganmu kepada Allah serta mengajukan padamu seluruh keperluan keperluan kami.Wahai yang terpandang di sisi Allah, berilah kami syafaat di sisi Allah

ياَ اَباَ جَعْفَرِ، يَا مُحَمَّدَ  بْنَ عَلِيٍّي، اَيُّهَا البَا قُِر، يَا بْنَ رَسُوْلِ اللهِ،


يَا خُجَّةَ ِللهِ عَلَى خَلْقِهِ ، يَاسَيِّدَ نَا وَمَوْ لاَ نَا،


إنَّا تَوَ جَّهْنَا وَ ا سْتَشْفَعْنَا وَتَوَ سَّلْنَا بِكَ إِلَى اللهِ ، وَقَدَّ مْنَا كَ


بَيْنَ يَدَ ىَّ حَا جَا تِنَا ، ياَ وَجِيْهًا عِنْدَ اللهِ ، اِشْفَعْ لَناَ عِنْدَ اللهِ


Wahai Abu Ja’far, Wahai Muhammad bin Ali Al Baghir,Wahai putra Rasullulah, Wahai Hujjah Allah atas mahlukNya, Wahai junjungan kami. Sesungguhnya kami menghadap, meminta syafaat dan bertawasul denganmu kepada Allah serta mengajukan padamu seluruh keperluan keperluan kami.Wahai yang terpandang di sisi Allah, berilah kami syafaat di sisi Allah

ياَ اَباَ عَبْدِ اللهِ، ياَ جَعْفَرَ بْنَ مُحَمَّدٍ ، اَيُّهَا الصَّادِقُ،


يَا بْنَ رَسُوْلِ اللهِ، يَا خُجَّةَ ِللهِ عَلَى خَلْقِهِ ، يَاسَيِّدَ نَا وَمَوْ لاَ نَا،


إنَّا تَوَ جَّهْنَا وَ ا سْتَشْفَعْنَا وَتَوَ سَّلْنَا بِكَ إِلَى اللهِ ، وَقَدَّ مْنَا كَ


بَيْنَ يَدَ ىَّ حَا جَا تِنَا ، ياَ وَجِيْهًا عِنْدَ اللهِ ، اِشْفَعْ لَناَ عِنْدَ اللهِ


Wahai Abu Abdillah, Wahai Ja’far bin Muhammad Ash Shadiq,Wahai putra Rasullulah, Wahai Hujjah Allah atas mahlukNya, Wahai junjungan kami. Sesungguhnya kami menghadap, meminta syafaat dan bertawasul denganmu kepada Allah serta mengajukan padamu seluruh keperluan keperluan kami.Wahai yang terpandang di sisi Allah, berilah kami syafaat di sisi Allah

ياَ اَباَ الْحَسَنِ ،يَا مُوْسَى بْنَ جَعْفَرِ، اَيُّهَا الكَا ظِمُ،


يَا بْنَ رَسُوْلِ اللهِ، يَا خُجَّةَ ِللهِ عَلَى خَلْقِهِ ، يَاسَيِّدَ نَا وَمَوْ لاَ نَا،


إنَّا تَوَ جَّهْنَا وَ ا سْتَشْفَعْنَا وَتَوَ سَّلْنَا بِكَ إِلَى اللهِ ، وَقَدَّ مْنَا كَ


ْبَيْنَ يَدَ ىَّ حَا جَا تِنَا ، ياَ وَجِيْهًا عِنْدَ اللهِ ، اِشْفَعْ لَناَ عِنْدَ اللهِ


Wahai Abul Hasan, Wahai Musa bin Ja’far Al Kadzim,Wahai putra Rasullulah, Wahai Hujjah Allah atas mahlukNya, Wahai junjungan kami. Sesungguhnya kami menghadap, meminta syafaat dan bertawasul denganmu kepada Allah serta mengajukan padamu seluruh keperluan keperluan kami.Wahai yang terpandang di sisi Allah, berilah kami syafaat di sisi Allah

ياَ اَباَ الْحَسَنِ ، يَا عَلِيَّ بْنَ مُوْسَى، اَيُّهَا الّرِضَا،


يَا بْنَ رَسُوْلِ اللهِ، يَا خُجَّةَ ِللهِ عَلَى خَلْقِهِ ، يَاسَيِّدَ نَا وَمَوْ لاَ نَا،


إنَّا تَوَ جَّهْنَا وَ ا سْتَشْفَعْنَا وَتَوَ سَّلْنَا بِكَ إِلَى اللهِ ، وَقَدَّ مْنَا كَ


بَيْنَ يَدَ ىَّ حَا جَا تِنَا ، ياَ وَجِيْهًا عِنْدَ اللهِ ، اِشْفَعْ لَناَ عِنْدَ اللهِ


Wahai Abul Hasan, Wahai Ali bin Musa Ar Ridha,,Wahai putra Rasullulah, Wahai Hujjah Allah atas mahlukNya, Wahai junjungan kami. Sesungguhnya kami menghadap, meminta syafaat dan bertawasul denganmu kepada Allah serta mengajukan padamu seluruh keperluan keperluan kami.Wahai yang terpandang di sisi Allah, berilah kami syafaat di sisi Allah

ياَ اَباَ جَعْفَرِ، يَا مُحَمَّدَ  بْنَ عَلِيٍّي، اَيُّهَا التَّقِيُّ الْجَوَادُ،


يَا بْنَ رَسُوْلِ اللهِ، يَا خُجَّةَ ِللهِ عَلَى خَلْقِهِ ، يَاسَيِّدَ نَا وَمَوْ لاَ نَا،


إنَّا تَوَ جَّهْنَا وَ ا سْتَشْفَعْنَا وَتَوَ سَّلْنَا بِكَ إِلَى اللهِ ، وَقَدَّ مْنَا كَ


بَيْنَ يَدَ ىَّ حَا جَا تِنَا ، ياَ وَجِيْهًا عِنْدَ اللهِ ، اِشْفَعْ لَناَ عِنْدَ اللهِ


Wahai Abul Ja’far, Wahai Muhammad bin Ali At Taqi Al Jawad,Wahai putra Rasullulah, Wahai Hujjah Allah atas mahlukNya, Wahai junjungan kami. Sesungguhnya kami menghadap, meminta syafaat dan bertawasul denganmu kepada Allah serta mengajukan padamu seluruh keperluan keperluan kami.Wahai yang terpandang di sisi Allah, berilah kami syafaat di sisi Allah

ياَ اَباَ الْحَسَنِ ، يَا عَلِيَّ بْنَ مُحَمَّدٍ، اَيُّهَا الْهَادِيُّ النَّقِيُّ ،


يَا بْنَ رَسُوْلِ اللهِ، يَا خُجَّةَ ِللهِ عَلَى خَلْقِهِ ، يَاسَيِّدَ نَا وَمَوْ لاَ نَا،


إنَّا تَوَ جَّهْنَا وَ ا سْتَشْفَعْنَا وَتَوَ سَّلْنَا بِكَ إِلَى اللهِ ، وَقَدَّ مْنَا كَ


بَيْنَ يَدَ ىَّ حَا جَا تِنَا ، ياَ وَجِيْهًا عِنْدَ اللهِ ، اِشْفَعْ لَناَ عِنْدَ اللهِ


Wahai Abul Hasan, Wahai Ali bin Muhammad Al Hadi An Naqi,Wahai putra Rasullulah, Wahai Hujjah Allah atas mahlukNya, Wahai junjungan kami. Sesungguhnya kami menghadap, meminta syafaat dan bertawasul denganmu kepada Allah serta mengajukan padamu seluruh keperluan keperluan kami.Wahai yang terpandang di sisi Allah, berilah kami syafaat di sisi Allah

ياَ أَباَ مُحَمَّدٍ، ياَ حَسَنَ بْنَ عَلِيٍّ ، اَيُّهَا الزَّكِيُّ الْعَسْكَرِيُّ،


ياَ بْنَ رَسُوْلِ اللهِ، يَا خُجَّةَ ِللهِ عَلَى خَلْقِهِ ، يَاسَيِّدَ نَا وَمَوْ لاَ نَا،


إنَّا تَوَ جَّهْنَا وَ ا سْتَشْفَعْنَا وَتَوَ سَّلْنَا بِكَ إِلَى اللهِ ، وَقَدَّ مْنَا كَ


بَيْنَ يَدَ ىَّ حَا جَا تِنَا ، ياَ وَجِيْهًا عِنْدَ اللهِ ، اِشْفَعْ لَناَ عِنْدَ اللهِ


Wahai Abu Muhammad, Wahai Hasan bin Ali Az Zaki Al Askari,Wahai putra Rasullulah, Wahai Hujjah Allah atas mahlukNya, Wahai junjungan kami. Sesungguhnya kami menghadap, meminta syafaat dan bertawasul denganmu kepada Allah serta mengajukan padamu seluruh keperluan keperluan kami.Wahai yang terpandang di sisi Allah, berilah kami syafaat di sisi Allah

ياَ وَصِيَّ الْحَسَنِ ،وَالْخَلَفَ الْحُجَّةَ، اَيُّهَا الْقَاءِمُ الْمَهْدِيُّ،


يَا بْنَ رَسُوْلِ اللهِ، يَا خُجَّةَ ِللهِ عَلَى خَلْقِهِ ، يَاسَيِّدَ نَا وَمَوْ لاَ نَا،


إنَّا تَوَ جَّهْنَا وَ ا سْتَشْفَعْنَا وَتَوَ سَّلْنَا بِكَ إِلَى اللهِ ، وَقَدَّ مْنَا كَ


بَيْنَ يَدَ ىَّ حَا جَا تِنَا ، ياَ وَجِيْهًا عِنْدَ اللهِ ، اِشْفَعْ لَناَ عِنْدَ اللهِ


Wahai Pewaris Hasan, Wahai Khalifah yang Hujjah,Wahai yang dinanti kedatangannya,Wahai Mahdi,Wahai putra Rasullulah, Wahai Hujjah Allah atas mahlukNya, Wahai junjungan kami. Sesungguhnya kami menghadap, meminta syafaat dan bertawasul denganmu kepada Allah serta mengajukan padamu seluruh keperluan keperluan kami.Wahai yang terpandang di sisi Allah, berilah kami syafaat di sisi Allah

…Mohon lah Hajat Anda…

ياَ سَادَتِيْ وَمَوَالِيْ


Wahai junjungan junjungan dan Pemimpin peminpinku

إِنِّيْ تَوَجَّهْتُ بِكُمْ اَءِمَّتِيْ وَ عُدَّتِي لِيَوْمِ فَقْرِيْ وَحَا جَتِيْ إِلَي اللهِ


Sesungguhnya aku memohon kepada Allah melalui kalian wahai imam imamku, dari segala kepapaan dan kefakiran serta banyaknya kebutuhan kebutuhanku.

وَتَوَ سَلْتُ بِكُمْ إِلَى اللهِ


Dan aku bertawassul dengan kalian kepada Allah.

وَاسْتَثْفَعْتُ بِكُمْ إِلَى اللهِ


Dan Aku meminta Syafaat melalui kalian kepada Allah.

فَاشْفَعُوْالِيْ عِنْدَ اللهِ


Maka berilah kami syafaat disisi Allah.

وَاسْتَنْقِذُوْنِيْ مِنْ ذُنٌوْ بِيْ عِنْدَ اللهِ


Dan selamatkan aku dari dosa dosaku disisi Allah.

فَإِ نَّكُمْ وَسِْيلَتِيْ إِلَى اللهِ


Karena sesungguhnya kalian wasilah(perantara) kepada Allah.

وَبِحُبِّكُمْ وَبِقُرْ بِكُمْ أَرْجُوْنَجَا ةً مِنَ اللهِ


Dan dengan mencintai dan mendekati kalian, aku mengharapkan keselamatan dari Allah

فَكُوْ نُوْا عِنْدَ اللهِ رَجَاءِيْ


Maka jadilah kalian sebagai tumpuan harapanku di sisi Allah.

يَا سَا دَتِيْ، ياَ أَ وْ لِيَاءَ اللهِ


Wahai para junjunganku, Wahai para kekasih Allah.

صَلَّى الله ُعَلَيْهِمْ أَجْمَعِيْنَ


Karunia Allah atas mereka semua

وَلَعَنَ الله ُ أَعْدَ اَء اللهِ ظاَ لِمِيْهِمْ مِنَ اْلاَوَّ لِيْنَ وَاْلاَخِرِيْنَ


Dan laknat Allah atas para musuh musuh Allah yaitu orang orang yang menganiaya (merampas hak hak mereka) baik dari yang pertama hingga yang terahir

اَمِيْنَ ياَ رَبَّ اْلعَا لَمِيْنَ


Amin ya Rabbal Alamin.

Anda bisa juga mendownload Doa diatas melalui link ini : DOA TAWASUL


 


 

[contact-form] [contact-field label="Nama Pengunjung" type="name" required="true" /] [contact-field label="Email Anda" type="email" /] [contact-field label="Komentar anda" type="textarea" required="true" /] [/contact-form]

 

Sabtu, 23 Januari 2010

Jumat, 22 Januari 2010

Humor Surabaya 1

Cerito Khayal: Salesman

Kapanane onok Salesman Vaccum Cleaner teko nhik omahku.


Ewangku durung sempet ngomong opo-opo moro-moro salesman iku


mau langsung nyebarno tembelek wedhus ndhik karpet.


Selasa, 19 Januari 2010

Cara memasang YM pada Blog

Hari ini saya ingin berbagi tips untuk memasang YM pada Blog kita.

Seperti kita ketahui YM atau Yahoo Messenger adalah salah satu messenger yang mempunyai banyak penggemar disamping BBM (Blackberry Messenger), Gtalk(GMail) dll.


Nah kesempatan itu bisa kita manfaatkan untuk meningkatkan trafik dari blog atau web yang kita miliki, dengan cara memasangnya pada blog/web kita. Disamping untuk menarik pengunjung bisa juga untuk meramaikan blog kita.


Baik mari kita mulai bagaimana cara memasang YM pada blog / web kita. Dalam hal ini saya ambil contoh cara memasang YM pada Wordpress , Berikut langkah2nya :


1. Masuk Ke Wordpress kemudian masuk ke menu Dasbor


2. Pilih  menu Tampilan dan masuk menu Widget


3. Cari widget jenis Text kemudian Drag & Drop kedalam Bilah sisi yang ada pada samping kanannya.

4. kemudian copy dan paste script berikut kedalam  teks yang kita pilih tadi


<a href="//edit.yahoo.com/config/send_webmesg?.target=nama YM&amp;.src=pg”"><img border="”0″" src="//opi.yahoo.com/online?u=nama YM&amp;m=g&amp;t=9&amp;l=us”"></a>


dan jangan lupa ganti tulisan yang saya warnai merah tersebut dengan id YM anda, kemudian simpan dan di coba Blog yang baru anda pasang YM


Berikut Contoh YM yang telah terpasang pada Blog



YM

Ok... Selamat mencoba semoga bermanfaat..